Masyarakat dayak Kalimantan memiliki mascot berupa burung enggang karena
merupakan hewan khas Kalimantan dan paruhnya sering digunakan sebagai hiasan
topi atau Mandau dan alat-alat lainnya dan merupakan bagian dari ritual adat.
Namun saat ini populasi burung enggang mulai mengalami penurunan yang cukup
tajam sehingga pemerintah mengkategorikannya sebagai hewan langka dan
dilindungi. Salah satu tempat populasi burung ini terdapat dikabupaten
Kapuas Hulu, tapi hanya ada didaerah-daerah tertentu. Salah satunya didesa
teluk aur empangau yang merupakan perkampungan nelayan yang dihuni oleh suku
melayu. Salah satu factor menguntungkan terjaganya populasi burung enggang
adalah karena suku melayu tidak memiliki kebiasaan berburu dan ritual adat yang
menggunakan burung enggang sebagai aksesoris.
Enggang atau Rangkong (bahasa Inggris : Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya berwarna terang. Nama ilmiahnya “Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti tanduk sapi dalam bahasa yunani. Termasuk kelompok Bucerotidae memiliki 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal dari endemic bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga